Senin, 07 Juni 2010

Peternak Pemula dan Masalahnya

Sebagai peternak pemula kendala seputar usaha peternakan silih berganti muncul dan membutuhkan penyelesaian segera. Masalah klise yang pertama muncul adalah masalah modal yang kemudian diatasi dengan melakukan kerjasama dengan investor. Penggunaan dana pinjaman bank sedapat mungkin dihindari terkait dengan keharaman bunga bank. Meskipun sulit namun kehati-hatian menjadi hal penting yang harus diperhatikan untuk menjamin keberkahan usaha. Salah satu peluang modal yang sedang dikaji sebagai alternatif pembiayaan adalah dengan menjadi anggota koperasi. Koperasi merupakan wadah usaha yang mempertemukan investor dan pelaku usaha riil dalam posisi setara. Koperasi menjadi menarik karena adanya pola kebersamaan dan gotong royong sesama anggota. Jika memenuhi kriteria tidak melanggar ketentuan agama, pendanaan melalui koperasi akan direalisasikan tahun depan jika pola investasi langsung dari investor telah maksimal.
Masalah kedua yang muncul adalah tidak tersedianya kambing pejantan yang bagus disekitar peternakan. Kondisi ini memaksa kami harus mengawinkannya di daerah asal kambing tersebut di Kaligesing. Selain itu rencana up grading kambing lokal (jenis jawa randu) menjadi tertunda. Pemeliharaan pejantan sendiri dirasa belum optimal jika hanya memiliki kambing betina kurang dari 8 ekor. Untuk mengatasinya maka direncanakan untuk menjual anakan yang dihasilkan dan membeli betina siap kawin dengan dana yang diperoleh. Penjualan anakan akan dilakukan di Kaligesing sekalian mengawinkan kembali indukannya dengan pejantan berkualitas yang ada. Jika sekarang peternakan baru memiliki 3 ekor betina PE maka di proyeksi akhir tahun telah bertambah menjadi 6 ekor betina. Jumlah tersebut masih kurang 2 ekor untuk mencapai 8 ekor sesuai kondisi ideal yang direncanakan. Kekurangan tersebut akan dipenuhi dengan mencari investor baru dalam enam bulan kedepan. Kebutuhan pejantan tahun depan dipertimbangkan untuk dipenuhi dengan membeli pejantan berkualitas tapi tua sehingga diharapkan harganya tidak terlalu mahal (seharga kambing pedaging). Kambing pejantan tersebut dimanfaatkan sampai Hari Raya Qurban untuk dikorbankan. Alternatif lain adalah dengan membeli pejantan PE kualitas Qurban umur 1,5 tahun dan kemudian dikorbankan saat umur lebih dari 2 tahun. Hal ini untuk mengakomodasi pendapat yang menyatakan bahwa umur kambing korban minimal 2 tahun sedangkan domba 1 tahun.
Masalah ketiga yang muncul adalah pola ransum pakan yang harus disesuaikan dengan ketersediaan pakan di lokasi peternakan. Hal ini terkait dengan adaptasi yang harus dilakukan kambing di tempat barunya yang berbeda dengan daerah asalnya. Selain masalah iklim, pakan yang berbeda mengharuskan penataan ransum yang sesuai (berbahan pakan lokal) agar kebutuha nutrisi kambing tetap terpenuhi dengan baik. Idealnya pengaturan ransum memerlukan analisis proksimat pakan namun hal ini terlalu rumit bagi peternak yang rata-rata tidak berlatar belakang ilmu peternakan. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan coba-coba sambil terus mengembangkan budidaya tanaman yang telah terbukti cocok untuk pakan dan dapat tumbuh dengan baik disekitar lokasi peternakan.
Demikian sharing ini, semoga bermanfaat.