Senin, 08 Maret 2010

Usaha Ternak Kambing


 Kambing PE (cempe calon pejantan)
Secara geografis tidak mungkin lagi untuk memperluas lahan pertanian di Pulau Jawa termasuk wilayah kampung halaman kami di Kebumen. Pola intensifikasi pertanian yang telah diterapkan sejak era Orde Baru belum berhasil mengangkat kesejahteraan petani karena pemanfaatan teknologi yang dilakukan seperti mekanisasi dan penggunaan pupuk kimiawi cenderung mengurangi kebutuhan jumlah pekerja di sektor ini. Hal ini pada akhirnya menyebabkan tingginya tingkat urbanisasi karena semakin berkurangnya lapangan kerja di desa.
Di sisi lain wilayah Kebumen memiliki beberapa potensi yang layak dikembangkan untuk meningkatkan masyarakat yang salah satunya adalah di sektor peternakan. Peternakan yang prospektif dikembangkan adalah ternak hewan ruminansia (sapi, domba, dan kambing) karena ketersedian pakan yang terjamin dikaitkan dengan usaha pertanian yang telah ada karena limbah pertanian merupakan makanan pokok hewan ternak tersebut. Hasil sampingan usaha peternakan berupa kotoran (urine dan feses) melalui teknik pengolahan tertentu merupakan pupuk kandang organik yang selain ramah lingkungan juga akan mengurangi biaya pembelian pupuk pada usaha pertanian. Tingkat ketergantungan usaha peternakan (terutama organik) terhadap produk kimia sangat rendah sehingga tidak mudah dipermainkan oleh industri besar (yang sering tidak berpihak pada petani). Permintaan hewan ternak khususnya kambing juga terus meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjalankan agama (aqiqah dan qurban).  
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pertanian dan peternakan seharusnya merupakan satu paket usaha masyarakat di wilayah pedesaan. Pola integrasi semacam itu sebenarnya merupakan budaya masyarakat pedesaan sejak dahulu. Namun keterbatasan modal menjadi alasan utama pola integrasi tersebut tidak berkembang dengan baik. Penghasilan petani yang terbatas habis hanya untuk membiayai kehidupan keluarganya tanpa tersisa untuk berinvestasi di sektor usaha lain. Kalaupun beternak hanya “gaduhan” dari para pengusaha dengan sistem bagi hasil dan (lagi-lagi) penghasilan yang diperoleh habis untuk menghidupi keluarga. 
Memperhatikan permasalahan  tersebut penulis mencoba turut serta melakukan usaha peternakan kambing di Mirit - Kebumen. Usaha kambing telah dilakukan sejak 2 tahun terakhir bekerja sama dengan tetangga sekitar melalui sistem gaduhan. Usaha dimulai dengan membelikan seekor kambing indukan jawa randu dan sampai saat ini telah berkembang menjadi 4 ekor.
Seiring dengan waktu dan bertambahnya pengetahuan maka mulai tahun ini dimulai peningkatan usaha melalui pembelian bibit kambing lokal unggul yaitu kambing PE (peranakan etawa). Jenis kambing tersebut dipilih karena selain sebagai penghasil daging juga potensial menghasilkan susu. Direncanakan sebagai tahapan awal usaha akan didatangkan 8 ekor indukan dari Kaligesing-Purworejo. Realisasi sampai saat ini telah dua ekor indukan hamil serta seekor cempe sebagai calon pejantan mulai dipelihara di kandang Kebumen. 
 Pasar Kambing Pendem (Kaligesing-Purworejo)
Proses belajar usaha ternak selalu terus dilakukan yang salah satunya melalui blog ini yang diharapkan dapat digunakan sebagai media sharing dengan masyarakat luas.

2 komentar:

Akhmad mengatakan...

Salam..
Mau tanya, alamat lengkap nya mana..
Insya Allah kalo ada wkt sy pgn berkunjung ke peternakan panjenengan..
Sy sdg nyari cempe yg bagus buat indukan

Hana Farm mengatakan...

Pekutan, Mirit, Kebumen. Sebulan sekali ada di rumah Kebumen. Jika mau main, mohon konfirmasi by phone or email. Salam...